Pemprov Babel Rangkul Disabilitas dengan Tandatangani MoU

 

BABELTERKINI.COM, PANGKALPINANG – Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merangkul kalangan disabilitas melalui penandatanganan Nota Kesepahaman/MoU dengan PT Parakerja Disabilitas Bisa tentang Program Pendidikan Bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Disabilitas.

MoU ini dilakukan antara Wakil Gubernur (Wagub) Babel, Abdul Fatah dengan Rezki Achyana selaku CEO PT Parakerja Disabilitas Bisa, dan didampingi oleh tiga dinas terkait yakni, Dinas Pendidikan Babel, Dinas Sosial Babel, dan Dinas Tenaga Kerja Babel, di Ruang Kerja Wakil Gubernur, Rabu (10/03/2021).

“Ini adalah salah satu cara bagi kita dalam upaya menyamakan hak para disabilitas untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan kesempatan mengenyam pendidikan yang juga layak,” ungkap Wagub Abdul Fatah.

MoU ini dibuat sebagai pedoman dan langkah awal dalam pelaksanaan kerja sama untuk meningkatkan hubungan kemitraan, dalam pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk melaksanakan program pendidikan bagi SLB dan disabilitas se-Babel.

Secara langsung, Wagub Abdul Fatah juga mengungkapkan dukungan serta rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung adanya perjanjian kerja sama ini. Wagub berharap disabilitas dapat hidup mandiri dan bekerja selayaknya masyarakat lain.

PT Parakerja Disabilitas Bisa bekerja sama dengan Pemprov. Babel, fokus kepada transformasi pendidikan, pelatihan kerja, sekaligus penempatan kerja khusus disabilitas. Bentuk kerja sama yang melibatkan tiga unsur kedinasan yang saling terkait ini untuk meningkatkan kompetensi para disabilitas dari SLB hingga usia produktif kerja.

Bentuk peningkatan kompetensi dimulai dengan guru-guru SLB yang kemudian dilanjutkan dengan program pelatihan bagi para disabilitas agar siap memasuki dunia kerja. Peran pemprov disini adalah menyalurkan tenaga-tenaga disabilitas yang telah dilatih untuk magang bahkan bekerja di UMKM, perusahaan, ataupun institusi-institusi yang ada di Pemprov. Babel.

Target kerja sama adalah terciptanya aksesibilitas terutama Komunitas Tuli yang memiliki hambatan pendengaran berupa juru bicara isyarat di Babel.

Diketahui saat ini, guru-guru SLB mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan murid-murid yang tuli. Sehingga penting untuk meningkatkan kompetensi guru dan juga murid dengan bahasa isyarat yang mudah dimengerti.

Disamping itu, PT Parakerja Disabilitas Bisa juga memberikan kurikulum pembelajaran untuk anak-anak SLB tingkat SD, SMP, maupun SMA, melalui platform digital.

“Pada anak-anak umumnya, ada aplikasi belajar yang menggunakan ruang guru. Sedangkan Parakerja adalah aplikasi khusus untuk SLB. Anak-anak SLB akan belajar dengan media-media pembelajaran sesuai cara dan kemampuan pembelajaran mereka masing-masing, seperti autis, downsindrom, disabilitas intelektual, tuli dan sebagainya,” ungkap Rezki.

Rezki yang membawahi empat SLB di Babel ini mengungkapkan, harapan dari kerja sama dengan pemprov ini adalah kesetaraan antara disabilitas dengan masyarakat lainnya. Sehingga masyarakat dapat menyadari dan memahami kehadiran disabilitas di tengah masyarakat. (Rel)