Jadi Korban TPPO, Pemuda Asal Bangka Tengah Disekap dan Disetrum di Kamboja

BABELTERKINI.COM, PANGKALPINANG – Kisah sukses pemulangan 74 korban TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) di Kamboja asal Bangka Belitung oleh DPRD dan Pemerintah Provinsi ternyata belum usai. Seorang pemuda asal Berok, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah kini tak tahu nasibnya sekarang.

Ridho Triansyah alias Edo (28) korban TPPO diduga korban industri judol (judi online) di Kamboja. Selain dikirimkan 2 video penyiksaan durasi pendek, keluarga Edo diminta mentransfer sejumlah uang jika anaknya ingin selamat.

Ditemui di rumah orang tuanya, Siswanto (63) warga Melangir, Perumahan Biru No 6 RT 3 RW 12 Kelurahan Bukit Merapen Kecamatan Gerunggang Kota Pangkalpinang, Sabtu (17/5/2025).

Dengan berurai air mata, Siswanto yang dalam kondisi sakit stroke kaki sejak beberapa tahun, ia menceritakan kalau Edo anak laki laki satu satunya dari 5 bersaudara.

Awal mulanya Edo berkerja di Filipina sebagai admin sejak tahun 2022. Setiap bulan Edo yang mengaku memiliki gaji 20 juta tiap bulannya rutin mengirim ke Bangka sebanyak 10 juta.

“Edo itu anaknya baik, perhatian sama keluarga. Dia (Edo) duda anak satu, Istrinya meninggal saat mengandung anak pertamanya, Dita (7) yang sekarang dirawat oleh neneknya di Mentok, Bangka Barat. Terakhir pulang ke Bangka bulan puasa tahun 2024. Selama sebulan di Bangka, Edo balik lagi ke Filipina tepatnya di Provonsi Kobe,” kata Pak Sis mengawali perbincangan.

Tahun 2025 di bulan Februari, lanjut Pak Siswanto, Edo menelpon akan pindah kerja dari Filipina ke negara Dubai.

“Saat memberi kabar itu, Edo memohon doa dan pamit hendak pindah kerja ke Dubai dan berjanji akan mengirim uang setelah gajian,” sambungnya.

Malapetaka itu pun datang, takkala Siswanto mendapat telpon dari Edo meminta sejumlah uang dengan alasan kena denda penati di tempat kerja.
“Awalnya bos Edo minta uang 60 juta untuk tebusan denda penalti kerja. Kemudian turun jadi 51 juta, 38 dan terakhir 17 juta. Kami bingung duit itu untuk apa, apalagi kami orang gak punya,” ungkapnya.

Barulah setelah dikirimkan video penyekapan dan penyiksaan, Siswanto dan keluarga mengerti kalau Edo menjadi korban TPPO di Kamboja.

“Kami dak tahu harus berbuat apa lagi melihat anak kami disiksa dan disetrum. Apalagi tangan dan kaki diikat, mulut disekap dan diestrum sambil teriak teriak kesakitan. Terlebih jika jam 8 malam nanti uang tidak dikirim, Edo akan mati dan kemungkinan akan dijual ke tempat lain,” ujar Siswanto berurai air mata didampingi menantunya, Angga, anggota polisi Polda Babel.

Setelah mengetahui anaknya jadi korban TPPO, Siswanto dan keluarganya meminta bantuan ke Disnaker Babel dan melapor ke Mabes Polri.

“Saat ini Mabes Polri dan KBRI di Kamboja sudah melakukan koordinasi untuk melacak keberadaan Edo. Infonya, lokasi penyekapan ada di radius 3 jam dari kota Phnom Penh. Semoga saja Edo diselamatkan,” harap Angga.

Angga pun menuturkan jika pihak keluarga juga sudah melapor ke Disnaker Babel dan juga setingkat di atasnya yang ada di Palembang.

“Harapan kami keluarga supaya Edo selamat dan bisa pulang kembali berkumpul dengan keluarga di Bangka. Kasihan anaknya masih kecil, ibunya, Asia (59) juga sudah sakit stroke selama 12 tahun,” pintanya.

Siswanto, ayah Edo juga sudah berupaya meminta bantuan ke Bupati Bangka Tengah, Algafry Rahman yang dikenalnya dekat waktu sama-sama di Partai Golkar.

“Saya dulu Wakil Sekretaris DPC Bangka Tengah. Ketuanya, Ahmad Mugni, (almarhum) sewaktu insiden jatuhnya pesawat Lion Air di Karawang. Sedangkan Sekretarisnya, Hasan, adik Aon Koba. Saya sudah minta bantuan ke Ayi, panggilan akrab Bupati Bangka Tengah. Sudah saya kirim chat whatsaap dan 4 kali ditelpon tapi tidak diangkat. Padahal dulu sama-sama berjuang di Partai Golkar sewaktu pertama kali pembentukan Kabupaten Bangka Tengah dengan bupatinya, Hudarni Rani,” sebutnya.

Siswanto pun berharap kepada Bupati Bangka Tengah, Gubernur Babel, Hidayat Arsani dan DPRD Babel agar membantu memulangkan Edo ke Bangka.

“Setidaknya dulu kami sama-sama berjuang membesarkan partai Golkar. Tolong dibantu anak kami Edo. Soalnya info dari Disnaker untuk pemulangan Edo kami harus menanggung sendiri biaya hotel, makan, minum dan tiket pesawat. Kami orang miskin butuh perhatian pejabat di Bangka Belitung,” harapnya.

Sementara itu, Anggota DPRD Babel, Mehoa, akan segera melaporkan ke Ketua DPRD Babel, Didit Srigusjaya.

“Apapun cerita dan kasusnya, jika ada korban TPPO kita harus bantu mereka. Ini harus diurus, harus progresif, kasihan saya lihat video penyiksaan,” tandas Mehoa. (Don)

error: Content is protected !!