Untuk setiap masa pekerjaan dalam setahun setiap 3 bulan sekali. Artinya setahun 4 kali melakukan perawatan irigasi.
“Menyiangi rumput, kalau ada saluran mampet atau perbaikan perbaikan kecil irigasi. Semua anggota kelompok ikut bekerja,” ujar pria 50 tahun tersebut.
Lamanya melakukan perawatan atau pekerjaan dalam.setiap tiga bulan tidak menentu. Sebab, sangat tergantung apa yang dikerjakan.
” Terkadang cuma satu minggu, selesai. Kadang juga cuma 10 hari, biasanya paling lama 2 minggu,” ujarnya.
Meski tidak full sebulan bekerja, diakui pria tersebut, untuk absensi pekerjaan selalu full diisi sebulan.
“Kalau absensi pekerjaan selalu kami diminta untuk diteken full sebulan. Meskipun cuma bekerja seminggu tetap absennya sebulan. Jadi dalam setahun kami teken full 4 kali bekerja, berarti teken absensi total 4 bulan,” jelas pria tersebut.
Dia juga tidak mengetahui mengapa harus demikian. Bahkan, hingga kini, tahun 2025 kelompoknya masih melakukan perawatan rutin setiap 3 bulan sekali dan absensinya tetap sama, full sebulan.
Terkait proyek rutin pemeliharaan, sejumlah sumber menyebutkan, itu biasa terjadi, bekerja seminggu atau dua minggu, absensi full sebulan. Sumber menyebutkan bisa jadi indikasi mark-up.
“Kalau satu kelompok saja ada 40 orang kalikan Rp125.000 perorang sehari berarti sehari Rp 5.000.000. Kalau ada 10 kelompok, berarti gaji mereka sehari berkisar Rp 50 juta, kalau setahun perawatan kali, sudah berapa itu? Itu biasa, bisa jadi permainan di internal Balai, mereka sendiri yang cincangnya,” ujar sumber yang tidak ingin namanya ditulis.
Terkait hal ini, redaksi masih berupaya mengkonfirmasi ke Kasatker OP Balai Wilayah Sungai (BWS) Bangka Belitung Rudi Susilo. Selain itu redaksi masih melakukan verifikasi dan mendalami dokumen yang dimiliki.
Kepala BWS Babel, Susi Hariany sudah dikonfirmasi terkait pemeriksaan oleh Kejati Babel dan sejumlah proyek dinilai bermasalah, namun hingga berita ini dipublish, tidak memberikan respons.
Kasi Penkum Kejati Babel, Basuki Raharjo dalam upaya konfirmasi. (007)