Dampak Buruk Kerusakan Jalan di Dusun 1 Pangkal Ahoi Kabupaten Bangka Barat, Para Pejabat Jangan Tutup Mata

 

Kondisi ini memperkuat kesenjangan sosial karena wilayah Pangkal Ahoi semakin terisolasi dari pusat-pusat ekonomi di sekitarnya. Dalam perspektif Max Weber, hal ini dapat dianggap sebagai bentuk hambatan struktural yang membatasi mobilitas sosial masyarakat pedesaan.

Dampak sosial lainnya adalah menurunnya intensitas interaksi antarwarga akibat sulitnya akses, yang berpotensi melemahkan rasa kebersamaan dan solidaritas sosial. Selain itu, dari segi ekonomi, masyarakat harus menanggung biaya tambahan untuk perawatan kendaraan akibat jalan yang rusak.

Jika dibiarkan, ketimpangan antara kebutuhan masyarakat dan respon pemerintah dapat menimbulkan konflik sosial, sebagaimana digambarkan dalam teori konflik Karl Marx — yaitu pertentangan antara kelompok yang memiliki kekuasaan (pemerintah atau perusahaan) dan kelompok masyarakat yang terdampak.

Oleh karena itu, perbaikan jalan di Dusun 1 Pangkal Ahoi, Bangka Barat, perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah. Langkah konkret seperti yang dilakukan oleh Eddy Arif, anggota DPRD Bangka Barat periode 2024–2027, dalam memperbaiki jalan berlubang di Kecamatan Mentok, merupakan contoh positif dari tanggung jawab sosial pemerintah. Upaya semacam ini tidak hanya memperbaiki infrastruktur fisik, tetapi juga memperkuat kohesi sosial, meningkatkan kesejahteraan warga, dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan di wilayah pedesaan.

REFERENSI
Durkheim, É. (1982). The Rules of Sociological Method. New York: Free Press.

Marx, K. (1976). Capital: A Critique of Political Economy. Penguin Books.

Weber, M. (1947). The Theory of Social and Economic Organization. Oxford University Press.

Sumber: Sliya
NIM: 5112511032
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia.
Dosen Pengampu:
1. Uky Eji Anggara, M.Pd.
2. Wilda Afriani, S.S., M.Pd.
Program Studi: S1 Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Bangka Belitung