Saat dikonfirmasi, Wandi tidak menampik.
“Saya memang punya 30 barcode. Saya urus 30 kapal,” ujarnya saat ditemui di sebuah warung kopi di Tanjungpandan, Jumat sore.
Ia beralasan, pengambilan BBM tidak bisa dilakukan setiap hari.
“Tidak bisa ambil setiap hari solar dari SPBN meskipun punya 30 barcode. Ada batasannya,” dalihnya.
Sementara itu, pengurus SPBN 28.411.02 saat dikonfirmasi enggan memberikan komentar. Panggilan telepon dan pesan konfirmasi yang dikirim redaksi tidak mendapat respons.
Pernyataan Wandi dan bungkamnya pihak SPBN tersebut memicu kecaman keras dari Oktoris Chandra yang akrab disapa Cacan, tokoh pemuda anti-korupsi Belitung. Menurutnya, kepemilikan 30 barcode oleh satu individu jelas merupakan bentuk penyimpangan serius yang merugikan nelayan kecil.
“Itu tidak wajar dan menyalahi semangat subsidi pemerintah. BBM bersubsidi itu untuk nelayan kecil, bukan untuk dikuasai segelintir orang. Kalau dibiarkan, nelayan yang benar-benar butuh malah tidak bisa melaut,” tegas Cacan.
