# Kontraktor Akui Hasil Pekerjaan Belum Maksimal
BABELTERKINI.COM, PANGKALPINANG – Pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT) Dinas Pertanian Bangka Belitung tahun 2020 masih menyisahkan persoalan. Tak hanya molor, proyek JUT ini pun diakui kalau hasilnya belum maksimal.
Diketahui ada beberapa lokasi pembangunan JUT, diantaranya Desa Kemuja Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka, Desa Zed Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka, Desa Labu Kecamatan Puding Kabupaten Bangka, Desa Paya Benua Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka dan Desa Kelapa di Kabupaten Bangka Barat.
Seperti diketahui proyek pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT) dengan anggaran sebesar Rp.2.789.706.000.00 sumber APBD Provinsi Babel menuai kontroversi di wilayah Desa Labu dan Kelapa.
Kepala Dinas Pertanian Babel sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Juaidi tak menampik jika ada proyek pembangunan JUT ada yang molor.
“Ada dua lokasi proyek JUT yang molor di Desa Labu dikerjakan PT Kami Kawa Mandiri milik Tedi Liong yang dikerjakan oleh Erik selaku Direktur Perusahaan dan di Kelapa dikerjakan oleh kontraktor Acem,” ujar Juaidi dihubungi melalui ponselnya, Kamis (25/3/2021).
Juaidi menyebutkan, molornya pekerjaan tersebut dikarena faktor cuaca yang hujan terus menerus. “Faktor utamanya hujan saat kontraktor melakukan pekerjaan. Hampir tiap hari hujan hingga proyek tersebut sampai sekarang belum selesai. Bagaimana bisa giling kalau tanahnya lembut,” ungkapnya.
Terkait molor pekerjaan tersebut, Juaidi menegaskan kalau pihak kontraktor sudah diterapkan denda per mil.
“ Selain diterapkan denda, pembayaran dilakukan sesuai progress pekerjaan di lapangan,” tutupnya.
Erick, Direktur PT Kami Kawa Mandiri saat ditemui mengakui pekerjaannya memang belum maksimal.
“Kita akui kalau hasil dari pekerjaannya belum maksimal seperti di Labu karena itu tadi lebih kepada faktor cuaca,” kata Erick dibincangi di Pangkalpinang, Rabu (24/3/2021).
Erick menjelaskan, Proyek JUT terbagi di beberapa lokasi di Kabupaten Bangka dengan nilai kontrak sebesar Rp 2,7 Miliar.
“ Di RAB lebar jalan hanya 3 meter. Nah kalau di lapangan ditemukan ada yang lebih itu sengaja dibuat supaya akses keluar masuk alat berat lebih mudah,” terangnya.
Disinggung soal adanya dugaan campuran material tanah puru dengan tanah hitam, Erick mengatakan hal tersebut hanya lah keteduh dari batang-batang dedaun sawit.
“Rata jalan keteduh batang-batang dedaunan yang susah keringnya, jadi seolah seperti tanah bercampur dengan tanah,’’ sangkal Erick.
Lebih jauh Erick menambahkan, jika pembangunan proyek JUT yang dikerjakannya sudah sangat maksimal.
“Kalau dibilang maksimal iya, kami berkerja professional. Alat kami sendiri menurunkan PC ukuran besar bukan mini lagi. Namun karena terkendala faktor cuaca hujan tiap hari jadi pekerjaan terhambat,” jelas Erick mengatakan alat yang dipakai milik Bos Tedi Liong.
Hingga berita ini ditayangkan, konfirmasi ke pihak kontraktor Acem masih diupayakan. (Red)