BABELTERKINI.COM – Isu perubahan iklim kini bukan lagi wacana, melainkan kenyataan yang kita rasakan setiap hari. Gelombang panas ekstrem, kekeringan, badai tropis, hingga kenaikan permukaan laut menjadi alarm keras bagi dunia untuk segera beralih menuju energi yang lebih bersih. Target global untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada pertengahan abad ke-21 menuntut setiap negara, termasuk Indonesia, untuk menekan emisi karbon dari sektor energi secara signifikan.
Namun, pertanyaannya: apakah energi terbarukan seperti surya dan angin saja cukup? Di tengah meningkatnya kebutuhan listrik dan keterbatasan sumber daya, teknologi energi nuklir kembali mencuat sebagai solusi yang realistis dan berkelanjutan.
Krisis Energi dan Tantangan Menuju Net Zero
Dunia saat ini masih bergantung pada bahan bakar fosil—batu bara, minyak, dan gas alam—yang menyumbang lebih dari 70% kebutuhan energi global. Pembakaran bahan fosil menghasilkan gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO₂), yang memperparah pemanasan global. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2023 memperingatkan bahwa tanpa langkah cepat dan radikal, suhu bumi bisa naik lebih dari 1,5°C sebelum 2040, menimbulkan dampak ekonomi dan ekologis yang serius.
Indonesia, sebagai negara berkembang dengan konsumsi energi yang terus meningkat, menghadapi dilema: memenuhi kebutuhan listrik nasional sekaligus menurunkan emisi karbon.
Energi surya dan angin memang menjanjikan, tetapi memiliki keterbatasan: sifatnya intermiten (tidak konstan) dan membutuhkan lahan luas serta infrastruktur penyimpanan energi yang mahal. Di sinilah peran energi nuklir menjadi penting—sebagai sumber daya bersih, stabil, dan berdaya tinggi.
Mengapa Nuklir Adalah Energi Bersih
Energi nuklir bekerja melalui proses fisi, yaitu pemecahan inti atom uranium atau plutonium yang menghasilkan panas luar biasa besar. Panas ini digunakan untuk menghasilkan uap yang menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.
Yang membedakan dari pembangkit fosil adalah: reaksi nuklir tidak menghasilkan emisi karbon. Dalam satu tahun, sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berkapasitas 1.000 MW dapat menghindarkan emisi hingga 8 juta ton CO₂, setara dengan menanam 130 juta pohon.










